Tazkiyatun Nafs

Tawakal: Kunci Keberhasilan (Bagian 1)

ORDER

Tawakal: Kunci Keberhasilan (Bagian 1)
Muhammad Ichsan, B.A.

  1. Mukadimah
    Dalam menjalani kehidupan, setiap manusia memiliki berbagai harapan dan cita-cita yang ingin dicapai. Namun, acap kali manusia lupa bahwa usaha semata tidaklah cukup untuk meraih sebuah keberhasilan. Dalam ajaran Islam, keberhasilan sejati tidak hanya bergantung pada kerja keras semata, tetapi juga pada tawakal—yaitu menyerahkan segala urusan kepada Allah Ta’ala setelah melakukan usaha yang maksimal. Tawakal merupakan konsep mendalam yang diajarkan sesuai Al-Qur’an dan Sunah serta dijelaskan oleh para ulama ahlussunnah sebagai kunci utama dalam meraih keberhasilan dunia dan akhirat.
  • Pengertian Tawakal dalam Islam

Tawakal berasal dari kata وَكَّلَ  yang artinya menyerahkan atau mempercayakan urusan kepada pihak lain. Dalam konteks Islam, tawakal berarti menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah dengan keyakinan penuh bahwa hanya Dialah yang Maha Mengatur dan Maha Menentukan segala sesuatu, serta disertai dengan melakukan sebab.

Syekh Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan bahwa tawakal adalah bergantung sepenuhnya kepada Allah dalam memperoleh manfaat dan menolak mudarat, dengan tetap berusaha secara lahiriah sesuai dengan hukum sebab akibat yang telah Allah tetapkan di muka bumi ini. Artinya, tawakal bukan berarti meninggalkan usaha, tetapi justru menggabungkan antara dua hal, yaitu  bergantung 100 persen hanya kepada Allah, kemudian diiringi dengan usaha maksimal dengan cara yang tidak mengundang murka Allah.

  • Dalil-Dalil tentang Tawakkal

Allah ﷻ telah menegaskan pentingnya tawakal dalam banyak ayat Al-Qur’an, di antaranya:

  1. Firman Allah di Surah At-Thalaq ayat 3,

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah cukup baginya.” (QS. Ath-Thalaq: 3)

Di antara ayat yang menunjukkan bahwa الحَسْب (kecukupan) hanya kepada Allah Taala adalah ayat ini. Berbeda dengan pertolongan yang merupakan sebab dan bukan amalan hati, maka Allah dan kaum mukminin pun bisa menolong. Contohnya seperti firman Allah Taala,

وَإِنْ يُرِيدُوا أَنْ يَخْدَعُوكَ فَإِنَّ حَسْبَكَ اللَّهُ هُوَ الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِين

Dan jika mereka hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah bagimu. Dialah yang memberikan kekuatan kepadamu dengan pertolongan-Nya dan dengan (pertolongan) orang-orang mukmin.” (QS. Al-Anfal: 62)

Maka adapun masalah hati, cukuplah Allah bagi kita. Oleh karenanya الحَسْب (cukup) maknanya sama dengan tawakal.  Namun ketika Allah menyebutkan pertolongan secara fisik, maka Allah menyebutkan pertolongan Allah dan kaum mukminin kepada Nabi ﷺ.

Demikian pula contoh firman Allah Taala dalam surah At-Taubah,

وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ سَيُؤْتِينَا اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللَّهِ رَاغِبُونَ

Dan (mereka) berkata, ‘Cukuplah Allah bagi kami, Allah dan Rasul-Nya akan memberikan kepada kami sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya kami hanya berharap kepada Allah.’” (QS. At-Taubah: 59)

Pada ayat ini orang-orang beriman tidak mengatakan Cukuplah Allah dan Rasul-Nya bagi kami. Mereka hanya mengatakan Cukuplah Allah bagi kami dan ini adalah perkara tauhid. Akan tetapi jika masalah pemberian, barulah mereka mengakui bahwa Allah dan Rasul-Nya juga memberi. Dan ketika berbicara tentang harapan, mereka kembalikan kepada amalan hati dengan mengatakan, “Sesungguhnya kami hanya berharap kepada Allah” dan mereka tidak mengatakan, “Kepada Allah dan Rasul-Nya kami berharap”.

  • Firman Allah di surah Hud ayat 123,

فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ

Maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya.” (QS. Hud: 123)

Ada bagian ibadah dan ada bagian tawakal secara terpisah. Seakan-akan agama ini dibangun di atas ibadah dan tawakal. Itulah yang sejatinya kita sebutkan setiap hari di dalam salat,

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Hanya kepada Engkaulah kami beribadah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan (tawakal).” (QS. Al-Fatihah: 5)

Oleh karenanya, sebagian salaf mengatakan bahwa tawakal adalah setengah dari agama.

Dari ayat-ayat ini, jelas bahwa Allah Taala memerintahkan orang-orang beriman untuk bertawakal hanya kepada-Nya dan menjadikan tawakkal sebagai kunci untuk meraih kecukupan serta perlindungan dari berbagai kesulitan.

Rasulullah ﷺ juga bersabda,

“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung. Ia pergi dalam keadaan lapar di pagi hari dan kembali dalam keadaan kenyang di sore hari.” [1]

Hadis ini mengajarkan bahwa tawakal bukan berarti diam dan hanya berpangku tangan, tetapi tawakal yang benar adalah tetap berusaha maksimal sebagaimana burung yang keluar di pagi hari mencari makan, kemudian menggantungkan hati agar Allah yang memberikan rezekinya.

(Bersambung ke bagian 2, insyaallah)


[1] HR. At-Tirmidzi, no. 2344, dishahihkan oleh Al-Albani

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Back to top button