
Belajar Pendidikan dari Keluarga Imran
Yan Ferdianza, S.Pd., M.Si.
Mukadimah
Dalam bahasa Arab, pendidikan sering diungkapkan dengan kata tarbiyyah, selain kata tarim dan tadib. Orang Yunani (sekitar 600 SM) menjelaskan bahwa pendidikan adalah upaya membantu manusia menjadi manusia yang memiliki ciri kemampuan mengendalikan diri, mencintai tempat tinggal, dan mempunyai ilmu.[2] Senada dengan pernyataan tersebut, Muhammad Javad al-Sahrani, dalam at-Tarbiyah wa at-Ta’lim fi al-Qur’an al-Karim, menyatakan bahwa pendidikan untuk mendekatkan seseorang pada tingkat kesempurnaan dan meningkatkan kemampuannya, bahwa itu adalah proses pengembangan. Menurutnya, orang yang sempurna adalah orang yang mempunyai tingkat keimanan dan ilmu yang paling tinggi serta merupakan utusan Allah ﷻ.[3]
Sistem pendidikan yang baik selalu menghasilkan orang-orang yang baik dan negara yang baik. Orang tua bertanggung jawab atas masalah pengasuhan anak, karena itu adalah hal paling penting dan utama dalam keluarga.[4] Rasulullah ﷺ pernah bersabda yang artinya,
“Tidak seorang pun yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka dua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, menjadikannya Nasrani dan menjadikannya Majusi.” (HR. al-Bukhari, no. 1271 dari Abi Hurairah)
Dalam Islam, orang yang lebih dahulu dikenai kewajiban mendidik adalah orang tua kepada anak-anaknya. Hal ini berdasarkan firman Allah ﷻ dalam QS. al-Tahrim: 6.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”
Keluarga Imran
Salah satu orang saleh yang namanya tertulis abadi dalam Al-Qur’an adalah Imran. Ia dan keluarganya bahkan dimuliakan Allah ﷻ menjadi nama surah ketiga dalam Al-Qur’an, yakni surah Ali Imran yang berarti keluarga Imran.
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing).” (QS. Ali Imran: 33)
Imran adalah orang yang saleh dan istri, anak, serta cucunya merupakan keluarga yang taat. Generasi yang saleh lahir dari didikan orang tua dan guru yang saleh. Proses pendidikan diawali dengan pengenalan guru yang saleh. Orang tua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya dan ia harus berusaha untuk bersikap adil.
Mendidik semata-mata karena Allah ﷻ untuk melahirkan generasi pejuang. Mendidik bukan hanya tentang tujuan duniawi agar anak sukses dalam takaran materi. Mendidik harus dilandasi ilmu sesuai konsep pendidikan Islam. Teladan terbaik adalah sesuai konsep pendidikan Al-Qur’an dan sunah atas pemahaman para ulama salaf. Setelah meluruskan niat mendidik sebagai ibadah jangan lupa untuk berdoa.
فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَىٰ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَىٰ ۖ وَإِنِّي سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Maka tatkala istri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: “Ya Rabbku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan…”(QS. Ali Imran: 36).
Penutup
Pendidikan pada dasarnya menjalankan dengan baik berbasis proses. Lihatlah para Nabi dan Rasul terdahulu, ada yang hanya memiliki beberapa pengikut setelah berdakwah puluhan tahun. Di antara keluarganya pun ada yang tidak menyambut dakwahnya. Seperti Nabi Adam dan anaknya, nabi Nuh, Nabi Luth dan istrinya, termasuk juga Rasulullah ﷺ dan pamannya Abu Thalib.
Mereka tidak disebut gagal mendidik. Mereka telah berhasil karena menjalankan sesuai tuntunan-Nya. Tugas kita menjalankan proses pendidikan sesuai konsep Islam. Adapun hasilnya adalah ketetapan Allah Azza wa Jalla. Jika kita mendidik sesuai yang Allah ridai, maka akan banyak kebaikan dan keajaiban terjadi.
Daftar Pustaka
Anshari, Endang Saifuddin. (1991). Wawasan Islam Pokok-pokok Fikiran tentang Islam dan Ummatnya. Jakarta: Rajawali Pers.
Daradjat, Zakiah. (1992). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara bekerja sama dengan Dirjen Binbaga Agama Islam Departemen Agama.
Rakhmat, Jalaluddin. (2003). Islam Alternatif. Bandung: Mizan.
Tafsir, Ahmad. (2006). Filsafat Pendidikan Islami. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
[1] Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam Pokok-pokok Fikiran tentang Islam dan Ummatnya. (Jakarta: Rajawali Pers, 1991), hlm. 184.
[2] Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami, (PT Remaja Rosdakarya, Bandung: 2006), hlm. 33.
[3] Jalaluddin Rakhmat. Islam Alternatif (Ceramah-ceramah di Kampus). (Bandung: Mizan, 2003), hlm. 115.
[4] Zakiah Daradjat. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara bekerja sama dengan Dirjen Binbaga Agama Islam Departemen Agama, 1992), hlm. 35.



