Sejarah dan Kisah

Perang Riddah

Muhammad Ichsan, B.A., M.Pd.

ORDER

Perang Riddah

Muhammad Ichsan, B.A., M.Pd.

A. Mukadimah

Pada tahun 11 Hijriah, Jazirah Arab telah berada sepenuhnya di bawah kekuasaan Islam, hasil dari perjuangan serta dakwah Nabi Muhammad ﷺ yang membimbing umat manusia dari kegelapan menuju cahaya Islam. Namun, tahun tersebut juga menjadi tahun yang penuh ujian bagi kaum muslimin, dengan wafatnya Rasulullah ﷺ. Kepergian beliau meninggalkan kekosongan pada kepemimpinan, hingga akhirnya Abu Bakar Ash-Shiddiq Radiyallahu ‘anhu diangkat sebagai khalifah pertama.[1]

Sebagai penerus Rasulullah ﷺ, Abu Bakar Radiyallahu ‘anhu menghadapi tanggung jawab besar untuk menjaga persatuan umat dan menangani berbagai ancaman, termasuk saat munculnya kelompok murtad. Masa kepemimpinan Abu Bakar merupakan salah satu fase paling penting dalam sejarah Islam. Beliau berhasil mengatasi berbagai tantangan besar tersebut dengan kebijaksanaan dan ketegasan.

B. Kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq Radiyallahu ‘Anhu

Abu Bakar dikenal sebagai pemimpin yang lembut namun tegas dan teguh pada pendirian. Kelembutan tampak dari kasih sayangnya dalam membimbing umat, sedangkan ketegasannya terlihat jelas ketika ia memutuskan untuk memerangi kaum murtad yang menolak zakat serta pengikut para nabi palsu setelah wafatnya Rasulullah ﷺ.

Ketika sebagian sahabat, termasuk Umar bin Khattab Radiyallahu ‘Anhu merasa keberatan memerangi mereka, karena kondisi internal umat yang masih rentan, Abu Bakar Radiyallahu ‘Anhu tetap teguh pada pendiriannya. Beliau menegaskan bahwa zakat adalah bagian dari rukun Islam yang tidak dapat dipisahkan dari salat. Beliau berkata, “Demi Allah, aku akan memerangi siapa saja yang memisahkan antara salat dan zakat!” Ketegasan ini menunjukkan komitmen beliau untuk menjaga kemurnian ajaran Islam.

C. Penyebab Kemurtadan di Masa Abu Bakar Radiyallahu ‘Anhu

Kemurtadan yang terjadi pada masa kekhalifahan Abu Bakar Radiyallahu ‘Anhu disebabkan oleh dua hal utama.

  1. Munculnya nabi-nabi palsu.
            Beberapa tokoh mengaku sebagai nabi setelah wafatnya Rasulullah , seperti Musailimah Al-Kadzdzab, Thulaihah bin Khuwailid, dan Al-Aswad Al-Ansi. Fenomena ini sebenarnya telah diperingatkan oleh Nabi Muhammad dalam sabdanya,

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي بِالْمُشْرِكِينَ وَحَتَّى يَعْبُدُوا الْأَوْثَانَ وَإِنَّهُ سَيَكُونُ فِي أُمَّتِي ثَلَاثُونَ كَذَّابُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي

Tidak akan tegak hari kiamat sampai beberapa qabilah dari umatku bergabung dengan orang-orang musyrik dan sehingga mereka menyembah berhala-berhala. Dan sesungguhnya akan ada di kalangan umatku ini tiga puluh orang pembohong besar yang masing-masing mengaku sebagai nabi, padahal aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi sama sekali sesudahku.” [2]

  • Penolakan membayar zakat sepeninggal nabi .
               Sebagian kaum muslimin yang baru memeluk Islam merasa keberatan untuk membayar zakat setelah wafatnya Rasulullah ﷺ. Mereka beralasan bahwa zakat adalah bentuk ketundukan kepada pemimpin, yang menurut mereka tidak lagi relevan setelah Nabi wafat. Bahkan, ada di antara mereka yang bersedia tetap melaksanakan salat dan syariat lainnya, tetapi menolak zakat. Tawaran ini sempat menimbulkan perdebatan di kalangan sahabat. Namun, Abu Bakar Radiyallahu ‘Anhu dengan tegas menolak dan memutuskan untuk memerangi mereka demi menjaga keutuhan syariat Islam.

D. Pengiriman Pasukan untuk Memerangi Kaum Murtad

Untuk menghadapi ancaman ini, Abu Bakar Radiyallahu ‘Anhu mengirimkan sebelas pasukan ke berbagai wilayah Jazirah Arab. Masing-masing pasukan berjumlah sekitar 4.000 orang. Berikut adalah daftar pasukan beserta tugasnya.[3]

  1. Khalid bin Walid

Ditugaskan memerangi Thulaihah bin Khuwailid, seorang nabi palsu dari Bani Asad. Kemudian setelah itu Khalid pun diperintahkan menuju Bani Tamim yang dipimpin Malik bin Nuwairah, dan Musailimah Al-Kadzdzab.

Disebutkan bahwa Thulaihah akhirnya bertobat dan kembali kepada Islam yang benar, sedangkan Musailimah terbunuh dalam pertempuran sengit di perang Yamamah.

  1. Ikrimah bin Abu Jahal

Ditugaskan ke Bani Hanifah. Karena terlalu bersemangat, ia menyerang sebelum pasukan bantuan tiba, sehingga ia pun mengalami kekalahan.

  1. Al-Muhajir bin Abi Umayah

Memimpin pasukan melawan Al-Aswad Al-Ansi, nabi palsu dari Yaman, yang akhirnya dibunuh.

  1. Syurahbil bin Hasanah

Membantu pasukan Ikrimah dalam memerangi Musailimah.

  1. Hudzaifah ibnul Yaman

Ditugaskan ke wilayah Duba, Oman.

  1. Arfajah bin Harsamah

Memerangi kaum murtad di negeri Mahrah.

  1. Suwaid bin Muqarrin

Ditugaskan ke wilayah Tihamah, Yaman.

  1. Al-Ala’ bin Hadrami

Memimpin pasukan ke Bahrain. Dalam misi ini, pasukan beliau mampu menyeberangi laut tanpa kapal setelah memanjatkan doa, sebuah mukjizat yang membuat musuh menyerah tanpa perlawanan.

  1. Thuraifah bin Hajiz

Melawan Bani Salim dan Hawazin di timur Madinah.

  1. Amru bin Ash

Memerangi suku Qudha’ah, Wadhiah, dan Al-Harits yang menolak membayar zakat.

  1. Khalid bin Said

Memimpin pasukan ke perbatasan Syam untuk menghadapi kaum murtad.


[1] Al Bidayah Wa An-Nihayah karya Ibnu Katsir (9/ 437)

[2] HR. Abu Dawud dan Tirmidzi dari Tsauban, dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami’ush Shaghir no: 7295

[3] Al Bidayah Wa An-Nihayah karya Ibnu Katsir (9/ 447)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Back to top button