Ayah yang Dirindukan Anak

Ayah yang Dirindukan Anak
Yan Ferdianza, S.Pd., M.Si.
Misi utama untuk menjadi orang tua yang terbaik adalah menjalin kedekatan dengan anak. Dalam sebuah keluarga terdapat dua peran penting, yaitu ayah dan ibu. Peran ayah adalah melindungi anak, terutama saat berada di luar. Nasihat dan bimbingan ayah akan selalu diingat anak ketika menghadapi situasi sulit. Hal ini sejalan dengan firman Allah ﷻ dalam surah Yusuf ayat 23 dan 24.
وَرَاوَدَتۡهُ الَّتِىۡ هُوَ فِىۡ بَيۡتِهَا عَنۡ نَّـفۡسِهٖ وَغَلَّقَتِ الۡاَبۡوَابَ وَقَالَتۡ هَيۡتَ لَـكَؕ قَالَ مَعَاذَ اللّٰهِ اِنَّهٗ رَبِّىۡۤ اَحۡسَنَ مَثۡوَاىَؕ اِنَّهٗ لَا يُفۡلِحُ الظّٰلِمُوۡنَ
“Dan perempuan yang dia (Yusuf) tinggal di rumahnya menggoda dirinya. Dan dia menutup pintu-pintu, lalu berkata, “Marilah mendekat kepadaku.” Yusuf berkata, “Aku berlindung kepada Allah, sungguh, tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang yang zhalim itu tidak akan beruntung.”
وَلَـقَدۡ هَمَّتۡ بِهٖۚ وَهَمَّ بِهَا لَوۡلَاۤ اَنۡ رَّاٰ بُرۡهَانَ رَبِّهٖؕ كَذٰلِكَ لِنَصۡرِفَ عَنۡهُ السُّۤوۡءَ وَالۡـفَحۡشَآءَؕ اِنَّهٗ مِنۡ عِبَادِنَا الۡمُخۡلَصِيۡنَ
“Dan sungguh, perempuan itu telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, Kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sungguh, dia (Yusuf) termasuk hamba Kami yang terpilih.”
Salah satu kisah yang terkenal adalah mengenai Nabi Yusuf, yang dihadapkan pada godaan seorang wanita cantik, yaitu istri seorang Raja. Wanita tersebut berusaha menarik perhatian Nabi Yusuf dengan pesonanya. Meskipun sebagai pria, Nabi Yusuf memiliki naluri yang sama, ia hampir terjerat oleh bujuk rayu tersebut. Namun, Allah menghindarkannya dari perbuatan yang buruk. Kisah ini diabadikan dalam surah Yusuf. Beberapa ulama menjelaskan bahwa bahwa Allah menampakkan wajah ayahnya (Nabi Ya’qub) yang seolah memberikan pesan ketidaksetujuan pada hal-hal terlarang, hingga Nabi Yusuf terbangun dan kembali mengingat nasihat ayahnya.
Sebagai orang tua, penting bagi kita untuk mendekatkan diri dengan anak agar mereka tidak merasa kekurangan kasih sayang dari sosok ayah. Menurut data UNICEF tahun 2021, sekitar 20,9 persen anak-anak di Indonesia merasakan hilangnya peran dan kehadiran ayah dalam kehidupan sehari-hari mereka. Selain itu, laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pada periode yang sama menunjukkan bahwa hanya 37,17 persen anak usia 0-5 tahun yang diasuh sepenuhnya oleh kedua orang tua. Hal ini mencerminkan adanya kesenjangan yang signifikan dalam pengasuhan, terutama dalam peran ayah.
Keberadaan sosok ayah sangat penting untuk perkembangan anak. Oleh karena itu, dalam Al-Qur’an, tercatat lebih banyak dialog antara ayah dan anak dibandingkan dengan dialog antara ibu dan anak, yakni sebanyak 14 dialog untuk ayah dan anak, sementara untuk ibu hanya ada 2, sedangkan dialog antara orang tua dengan anak ada 1. Berikut tabelnya.
| No. | Dialog Ayah dan Anak | Dialog Ibu dan Anak | Dialog Orangtua dan Anak |
| 1 | QS. Al-Baqarah ayat 130-133 | QS. Maryam ayat 23-26 | QS. Al- Ahqaf ayat 11 |
| 2 | QS. Al-An’am ayat 74 | QS. Al-Qashash ayat 11 | |
| 3 | QS. Hud ayat 42-43 | ||
| 4 | QS. Yusuf ayat 4-5 | ||
| 5 | QS. Yusuf ayat 11-14 | ||
| 6 | QS. Yusuf ayat 16-18 | ||
| 7 | QS. Yusuf ayat 63-67 | ||
| 8 | QS. Yusuf ayat 81-87 | ||
| 9 | QS. Yusuf ayat 94-98 | ||
| 10 | QS. Yusuf ayat 99-100 | ||
| 11 | QS. Maryam ayat 41-48 | ||
| 12 | QS. Al-Qashash ayat 26 | ||
| 13 | QS. Luqman ayat 13-19 | ||
| 14 | QS. Ash- Shaffat ayat 102 |
Data ini mencerminkan betapa pentingnya peran seorang ayah dalam kehidupan anak. Tentu saja, peran seorang ibu juga sangat vital dalam proses pendidikan anak, namun Allah mengingatkan agar seorang ayah lebih aktif berkomunikasi dengan anaknya, tidak hanya fokus untuk mencari nafkah. Kita perlu menyadari bahwa banyak ayah saat ini yang sering kali mengabaikan tanggung jawab ini, beranggapan bahwa mendidik dan mengasuh anak adalah sepenuhnya tugas ibu.
Selain itu, hubungan yang harmonis merupakan fondasi yang kuat dalam mendidik anak dan menyelesaikan masalah dalam keluarga. Ketika anak merasa dekat dan dipercaya, mereka akan lebih responsif dan bersedia mendengarkan saran serta perbaikan dari orang tua. Hubungan ini dengan komunikasi dua arah yang efektif, sehingga anak merasa diperhatikan dan lebih mudah memahami alasan dibalik nasihat yang diberikan. Selain itu, pengaruh positif orang tua untuk menjadi teladan bagi anak. Selanjutnya menjalin hubungan yang kuat, sehingga konflik yang terjadi dalam keluarga dapat dihindari atau diselesaikan dengan cara yang lebih mudah.
Dari penjelasan di atas kita tahu bahwa warisan bukan hanya persoalan harta benda, tetapi juga tentang hati dan pikiran yang telah kita sentuh. Dengan mewariskan waktu, cinta, dan perhatian kepada anak-anak, kita membangun fondasi kepercayaan dan rasa hormat yang akan bertahan seumur hidup. Mari kita berjuang untuk menjadi orang tua yang akan diingat oleh anak-anak kita dengan rasa syukur dan kasih sayang, bahkan setelah kita tiada.
Daftar Pustaka
– Al-Qur’an
– https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20241217074912-284-1178126/fenomena-fatherless-di-indonesia-bagaimana-solusinya.
#Al Mathba’ah #Al Ma’tuq #Ayah



