
Mengapa Minum Teh saat Makan Bisa Mengganggu Kesehatan?
oleh Rudi Hartono, S.Pd., M.Si.
Minum teh saat makan adalah kebiasaan yang sering dijumpai, terutama di banyak budaya Asia. Namun, meski teh dikenal memiliki berbagai manfaat kesehatan karena kandungan antioksidan, mengonsumsinya bersamaan dengan makanan sebenarnya bisa menghambat penyerapan nutrisi penting dalam tubuh. Apa saja bahaya yang dapat muncul dari kebiasaan minum teh saat makan.
1. Tanin dalam Teh dan Efeknya pada Penyerapan Zat Besi
Teh, terutama jenis teh hitam dan teh hijau, mengandung senyawa kimia bernama tanin, sejenis polifenol yang dikenal memiliki sifat antioksidan. Secara kimia, tanin adalah senyawa kompleks dengan gugus fenol yang bisa membentuk ikatan dengan berbagai ion logam, termasuk ion besi (Fe). Tanin cenderung membentuk ikatan kovalen atau ionik dengan zat besi dalam bentuk ion Fe²⁺ dan Fe³⁺ yang biasanya terdapat dalam makanan.
Ketika kita minum teh sambil makan, terutama dengan makanan yang mengandung zat besi non-heme (seperti sayuran hijau, biji-bijian, dan kacang-kacangan), tanin dari teh akan bereaksi dengan ion Fe dalam makanan tersebut. Ikatan antara tanin dan besi ini menghasilkan senyawa kompleks yang sukar larut dan tidak mudah diserap oleh usus. Akibatnya, tubuh kita kehilangan kesempatan untuk mendapatkan zat besi yang cukup. Kekurangan zat besi dapat memicu anemia, yaitu kondisi tubuh tidak memiliki cukup hemoglobin yang berfungsi membawa oksigen dalam darah.
2. Kompleksasi Kalsium dan Protein dengan Tanin
Selain zat besi, tanin juga mampu berikatan dengan protein dan mineral lainnya, seperti kalsium melalui mekanisme kompleksasi. Kalsium merupakan mineral esensial yang sangat penting untuk kesehatan tulang, fungsi otot, dan proses fisiologis lainnya. Jika kita minum teh yang kaya tanin bersamaan dengan makanan yang tinggi kalsium, tanin dapat membentuk kompleks dengan ion kalsium, menyebabkan kalsium menjadi tidak tersedia untuk diserap dalam tubuh.
Demikian pula, protein yang terdiri dari rantai panjang asam amino, memiliki kelompok amina yang bisa berinteraksi dengan gugus fenol pada tanin. Senyawa protein-tanin yang terbentuk ini juga menjadi sulit diserap oleh usus. Dampak dari kurangnya asupan kalsium dan protein dalam jangka panjang dapat mengganggu kesehatan tulang, memperlambat pertumbuhan otot, dan bahkan menurunkan daya tahan tubuh.
3. Pengaruh Kafein Terhadap Asam Lambung
Teh juga mengandung kafein, senyawa alkaloid dengan rumus kimia C₈H₁₀N₄O₂, yang dikenal memiliki sifat stimulan pada sistem saraf. Meski jumlah kafein dalam teh lebih rendah dibanding kopi, kafein tetap dapat merangsang produksi asam lambung (HCl). Secara kimia, kafein merangsang reseptor adenosin di lambung yang menyebabkan peningkatan sekresi asam. Jika seseorang minum teh sambil makan, produksi asam lambung yang berlebihan dapat mengiritasi dinding lambung dan menyebabkan gangguan pencernaan.
Produksi asam yang berlebihan saat makan juga dapat mengganggu aktivitas enzim-enzim pencernaan seperti pepsin. Pepsin yang optimal bekerja pada pH rendah (sekitar pH 2) akan kehilangan efisiensinya ketika kadar asam terlalu tinggi. Hal ini menyebabkan pencernaan protein menjadi kurang efisien, sehingga protein dari makanan tidak sepenuhnya terurai dan diserap.
4. Inhibisi Enzim oleh Polifenol
Polifenol, termasuk tanin dalam teh dapat berinteraksi dengan enzim-enzim pencernaan, menghambat aktivitas mereka. Enzim amilase yang bertanggung jawab dalam mengurai karbohidrat menjadi molekul yang lebih kecil seperti glukosa dapat terganggu oleh adanya polifenol. Amilase memiliki struktur kimia yang spesifik dan interaksi dengan polifenol seperti tanin menyebabkan perubahan konformasi pada enzim ini yang berdampak pada efektivitasnya dalam mencerna karbohidrat.
Saat amilase terhambat, proses pencernaan karbohidrat menjadi lebih lambat. Hal ini dapat menyebabkan penyerapan gula darah menjadi tertunda, sehingga tubuh mungkin kekurangan energi yang diperlukan dalam waktu cepat. Akibatnya, seseorang bisa merasa kembung atau tidak nyaman setelah makan.
5. Reaksi Tanin dengan Vitamin dan Mineral Lainnya
Selain zat besi dan kalsium, tanin juga dapat menghambat penyerapan beberapa vitamin, seperti vitamin B1 (tiamin). Dalam interaksi kimia, tanin dapat mengoksidasi tiamin, membentuk senyawa tak larut yang sulit diserap oleh tubuh. Vitamin B1 sangat penting untuk metabolisme energi dan kekurangannya dapat menyebabkan kelelahan, gangguan saraf, dan masalah metabolisme lainnya.
Di samping itu, tanin dapat mengganggu penyerapan magnesium dan seng (Zn) yang juga berperan penting dalam kesehatan sel dan jaringan. Keduanya dapat membentuk senyawa kompleks dengan tanin yang tidak larut dalam cairan pencernaan, sehingga tubuh tidak dapat menyerapnya secara efektif.
Waktu Terbaik Minum Teh untuk Menghindari Efek Negatif
Mengingat efek negatif yang telah dijelaskan, sangat disarankan untuk tidak minum teh saat makan atau tepat setelah makan. Sebaiknya, beri jeda setidaknya satu jam antara waktu makan dan minum teh. Hal ini memberi waktu bagi tubuh untuk menyerap nutrisi esensial terlebih dahulu sebelum tannin dalam teh berpotensi mengganggu proses tersebut. Minum teh di antara waktu makan juga memberi manfaat maksimal dari kandungan antioksidan teh tanpa mengorbankan penyerapan nutrisi dalam tubuh. Bagi mereka yang kekurangan zat besi atau berisiko anemia, dianjurkan untuk lebih berhati-hati atau bahkan menghindari konsumsi teh bersamaan dengan makanan kaya zat besi.
Daftar Pustaka
Ahmad, M. and Hossain, M. (2023). Polyphenols in Tea and Their Effect on Nutrient Absorption: A Chemical Perspective. Journal of Food Chemistry and Nutrition, 18(4), 245-261.
Wang, L., Wu, Y., and Zhou, J. (2022). Impact of Tannins on Iron Absorption: Mechanisms and Health Implications. Nutrition Reviews, 80(7), 540-555.
Zhang, X., Yu, X., & Liu, W. (2023). Role of Tannins in Inhibiting Nutrient Bioavailability and Their Impact on Human Health. Advances in Nutritional Science, 25(9), 1075-1084.
Hasan, M. and Rahman, A. (2022). Interactions Between Tannins and Nutrients: Implications for Nutritional Status and Health. Journal of Nutritional Biochemistry, 35(6), 503-517.



