Palestina Semakin Berduka (Bag. 1)
šļø Oleh: Ikhsan Abdul Aziz, M.Pd.
Konflik Palestina yang terus berlanjut hingga tahun 2025 semakin menimbulkan duka mendalam. Memasuki Agustus 2025, krisis kemanusiaan di Gaza semakin mengerikan. Dikutip dari situs web www.theguardian.com, lebih dari 59.900 jiwa warga Palestina telah meninggal, termasuk ribuan anak dan petugas bantuan kemanusiaan. Meskipun ada jeda militer harian untuk aliran bantuan, kondisi di lapangan tetap kacauādistribusi terbatas, kelaparan, dan kekurangan medis tetap menimbulkan penderitaan luar biasa.
Krisis Kemanusiaan & Kelaparan yang Meluas
Menurut IPC (Integrated Food Security Phase Classification), Gaza kini memasuki fase kelaparan terburuk (worst-case famine scenario). Lebih dari 147 orang, termasuk 88 anak-anak, telah meninggal akibat malnutrisi, sementara hampir setengah juta lainnya menghadapi situasi kelaparan akut. Akses bantuan sangat terbatas: hanya belasan truk bantuan harian berhasil masuk, menyisakan jutaan orang tanpa cukup makanan dan air bersih. Hal yang sangat menyedihkan sebagaimana pada laman www.aljazeera.com, Israel membunuh 106 warga Palestina dalam satu hari serangan di Gaza saat orang-orang kelaparan.
Infrastruktur Hancur & Layanan Sosial Lumpuh
Laporan UNFPA menyebutkan bahwa sekitar 60% bangunan di Gazaātermasuk 92% rumah penduduk dan 88% sekolahārusak atau hancur setelah jeda gencatan senjata Januari 2025. World Report HRW mempertegas bahwa lebih dari 87% sekolah dan semua universitas tidak bisa berfungsi, serta 80% fasilitas kesehatan hancur atau mengalami kerusakan berat. Dalam situs www.hrw.org juga disebutkan bahwa akses air bersih juga amat terbatas, rataārata hanya kurang dariāÆ5āÆliter per hari tiap orang, jauh di bawah standar WHO.
Kemiskinan & Keterlambatan Pembangunan
Menurut UNDP/ESCWA, kemiskinan di Palestina melonjak hingga 74% pada tahun 2024, dengan GDP menyusut 35%, dan pengangguran mendekati 50%. UN SecretaryāGeneral A/80/86 menyebut Palestina kehilangan lebih dari US$5āÆmiliar, dengan akses dan layanan dasar seperti listrik, air, sanitasi hampir runtuh. Penilaian proyeksi pembangunan menyoroti bahwa kemajuan Palestina mundur hampir 69 tahun, baik dalam indeks pembangunan manusia maupun kesiapsiagaan ekonomi.
Gangguan Pendidikan
Ilustrasi yang menyayat hati datang dari pemadaman pendidikan. Sebagaimana dalam laman alquds.com, lebih dari 700.000 siswa kehilangan hak pendidikan dasar selama dua tahun akibat penutupan dan kerusakan total sekolah, serta pembunuhan atas 12.441 siswa dan 519 guru, dengan 19.819 siswa serta 2.703 guru terluka. Anjuran alternatif seperti eālearning gagal efektif karena blackout listrik, internet, dan keterbatasan perangkat. Padahal, pendidikan adalah hak dasar yang dijaminĀ dalam Pasal 26 Deklarasi HAM PBB. Ketika sekolah dihancurkan, bukan hanya bangunan yang runtuh, tetapi juga harapan sebuah bangsa.
Hilangnya Warisan Budaya dan Identitas
Lebih dari 70% bangunan bersejarah, museum, tempat ibadah, dan situs budaya di Gaza hancur atau dihapus, termasuk Masjid Great Omari dan Pasar Qissariyaāmenandai kerugian historis dan identitas kolektif rakyat Palestina. UNESCO telah memperingatkan bahwa destruksi ini termasuk bentuk genosida budaya.
Penutup
Palestina semakin berduka, tetapi kita tidak boleh diam. Setiap nyawa yang hilang, setiap anak yang kehilangan masa depan, adalah kegagalan peradaban kita.Ā Perjuangan rakyat Palestina terus dibayangi tragedi besar. Kekerasan bersenjata, blokade total, dan penundaan bantuan telah menciptakan krisis ganda: kematian massal sekaligus kolapsnya sistem sosial-ekonomi. Infrastruktur pendidikan, kesehatan, air bersih, hingga warisan budaya nyaris musnah. Generasi muda akhirnya kehilangan kesempatan untuk belajar, hidup sehat, dan memelihara identitas mereka.
Solusi humaniter seperti penyaluran bantuan ternyata belum cukup memadai. Organisasi internasional dan negara-negara demokratis telah memperingatkan bahwa jika tidak ada intervensi seriusāpenghentian militer penuh, penerapan akses bantuan tanpa hambatan, dan rekonstruksi segeraāmaka keadilan, masa depan, dan keberlanjutan Palestina akan semakin tertinggal.
Apa yang sebaiknya dilakukan? Berikut ini adalah rekomendasi kebijakan yang sejujurnya entah manusia mana yang perlu berbuat? Pertama, gencatan senjata permanen dan pembukaan penuh akses bantuan kemanusiaan. Kedua, rekonstruksi massal infrastuktur dasar: rumah sakit, sekolah, sistem air dan sanitasi. Ketiga, dukungan pendidikan alternatif dan pemulihan mental untuk anak-anak dan remaja. Keempat, proteksi warisan budaya yang tersisa dan pendokumentasian sejarah Palestina sebagai bagian dari identitas bersama. Hal-hal ini, insyaallah akan dijelaskan pada artikel berikutnya. Semoga Allah ļ·» menolong saudara kita di Palestina.
Daftar Pustaka
Anera. (2025, March). Palestine Situation Report ā MarchĀ 2025 anera.org+1palestine.unfpa.org+1
Human Rights Watch. (2025). World Report 2025: Israel and Palestine ā Gaza Strip hrw.org+1alquds.com+1
UN Development Programme & ESCWA. (2024, October). Gaza War: Expected socioeconomic impacts on the State of Palestine en.wikipedia.org+4developmentaid.org+4unescwa.org+4
UNFPA State of Palestine. (2025, February 9). UNFPA Palestine Situation Report #14, January 2025 palestine.unfpa.org
United Nations. (2025). Report of the SecretaryāGeneral: Assistance to the Palestinian people (A/80/86āE/2025/71) United Nations


