
Mengungkap Dampak El Nino dan La Nina di Indonesia
Rudi Hartono, S.Pd., M.Si.
Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat terdampak oleh fenomena iklim global El Nino dan La Nina. Kedua fenomena ini memiliki pengaruh besar terhadap pola cuaca, curah hujan, dan suhu udara di wilayah tropis, termasuk Indonesia. El Nino dan La Nina merupakan bagian dari El Nino Southern Oscillation (ENSO), yang mengacu pada siklus perubahan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur.
Fenomena ini tidak hanya memengaruhi kondisi atmosfer dan iklim, tetapi juga memiliki implikasi yang penting, khususnya pada perubahan kualitas udara, kualitas tanah, dan dampak pada ekosistem. Tulisan ini akan menjelaskan bagaimana El Nino dan La Nina terjadi dan dampaknya di Indonesia.
El Nino terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur mengalami pemanasan lebih dari biasanya. Akibatnya, angin pasat yang biasanya bertiup dari timur ke barat melemah, menyebabkan akumulasi air hangat di wilayah tengah Pasifik. Di Indonesia, hal ini menyebabkan berkurangnya curah hujan karena udara lembap yang biasanya datang dari Samudra Pasifik tergantikan oleh massa udara kering.
Peningkatan suhu udara dan berkurangnya curah hujan selama El Nino dapat memicu beberapa perubahan dalam lingkungan.
- Kualitas Udara
Ketika terjadi musim kemarau panjang, risiko kebakaran hutan meningkat, terutama di daerah-daerah seperti Sumatra dan Kalimantan. Pembakaran hutan menghasilkan gas-gas kimia berbahaya seperti karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO₂), dan partikel-partikel halus (PM10 dan PM2.5). Gas-gas ini dapat bereaksi dengan senyawa kimia di atmosfer, menghasilkan ozon (O₃) troposfer yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan ekosistem. Selain itu, konsentrasi karbon dioksida (CO₂) di udara juga meningkat secara signifikan.
- Perubahan dalam Siklus Nitrogen
Tanah kering yang diakibatkan oleh kekeringan berkepanjangan memengaruhi siklus nitrogen di dalam tanah. Tanpa air yang cukup, mikroorganisme tanah tidak dapat melakukan proses fiksasi nitrogen dengan efektif. Nitrat (NO₃⁻) yang biasanya diserap oleh tanaman akan terakumulasi dalam tanah dan tanpa cukupnya kelembapan, proses denitrifikasi yang mengubah nitrat menjadi nitrogen gas (N₂) berkurang, mengakibatkan tanah menjadi kurang subur.
- Proses Kimiawi di Tanah
Ketika curah hujan rendah kandungan air dalam tanah menurun. Kondisi ini menyebabkan peningkatan konsentrasi garam-garam mineral seperti natrium klorida (NaCl), kalsium karbonat (CaCO₃), dan magnesium sulfat (MgSO₄). Akumulasi mineral ini dapat membuat tanah menjadi alkali yang menghambat pertumbuhan tanaman.
Sebaliknya, La Nina terjadi ketika suhu permukaan laut di Pasifik bagian tengah dan timur lebih dingin dari biasanya. Angin pasat menguat, mendorong lebih banyak air hangat ke wilayah barat Samudra Pasifik,yang mengakibatkan curah hujan yang tinggi di wilayah Indonesia. La Nina sering dikaitkan dengan banjir besar, tanah longsor, dan anomali curah hujan di berbagai daerah di Indonesia.
Dampak kimia dari La Nina di Indonesia berkaitan dengan perubahan dalam siklus air dan komposisi tanah akibat curah hujan yang berlebihan.
- Peningkatan Kelembapan dan Kualitas Udara
Curah hujan tinggi dapat membersihkan udara dari partikel-partikel polutan, terutama PM10 dan PM2.5 yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan pembakaran hutan. Namun, curah hujan yang tinggi juga dapat meningkatkan emisi gas-gas rumah kaca seperti metana (CH₄) yang dihasilkan dari lahan basah dan sawah, di mana dekomposisi organik berlangsung tanpa adanya oksigen (proses anaerobik).
- Siklus Karbon
Selama La Nina, tanah yang jenuh air mengalami perubahan dalam siklus karbon. Kelembapan tanah yang tinggi mendukung pertumbuhan mikroorganisme anaerob yang memecah materi organik, menghasilkan gas-gas seperti karbon dioksida (CO₂) dan metana (CH₄). Metana memiliki potensi pemanasan global yang lebih tinggi daripada CO₂, sehingga curah hujan tinggi yang disertai pembusukan organik dalam kondisi anaerobik berkontribusi terhadap peningkatan gas rumah kaca di atmosfer.
- Erosi Tanah dan Penurunan Kualitas Tanah
Banjir yang disebabkan oleh curah hujan berlebih meningkatkan laju erosi tanah. Erosi tanah membawa lapisan tanah subur yang kaya akan nutrisi seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) ke sungai dan laut, menyebabkan tanah menjadi miskin nutrisi. Selain itu, limpasan air membawa senyawa-senyawa kimia seperti pestisida dan pupuk kimia yang digunakan di lahan pertanian ke perairan, kemudian menyebabkan eutrofikasi di sungai dan danau. Proses eutrofikasi ini mempercepat pertumbuhan alga yang dapat menurunkan kadar oksigen terlarut dalam air yang membahayakan kehidupan akuatik.
Daftar Pustaka
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). (2022). Fenomena El Nino dan La Nina serta Dampaknya di Indonesia. Jakarta: BMKG. Diakses dari: https://bmkg.go.id
Nurhati, I. S., dan Pratama, C. (2023). Dampak El Nino dan La Nina terhadap Variabilitas Iklim di Indonesia. Jurnal Meteorologi dan Geofisika, 24(1), 55-67.
Sugiyono, S. (2022). Analisis Dampak Fenomena El Nino dan La Nina terhadap Kualitas Lingkungan di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Lingkungan, 18, 92-105.



