Mikroplastik: Kontaminasi Mikroplastik pada Jajanan dan Solusi Masalah Mikroplastik (Bag. 2)

Mikroplastik: Kontaminasi Mikroplastik pada Jajanan dan Solusi Masalah Mikroplastik (Bag. 2)
Denie Fauzie Ridwan
Penelitian Mikroplastik di Indonesia
Di Indonesia, masalah mikroplastik telah menjadi perhatian, terutama di daerah pesisir dan perairan laut. Beberapa penelitian lokal mengenai mikroplastik telah menunjukkan tingginya tingkat kontaminasi mikroplastik di laut Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Setyawan, et al. (2019) di Pantai Pangandaran, Jawa Barat, menemukan bahwa mikroplastik tersebar luas di sepanjang pantai, terutama pada wilayah yang sering dikunjungi wisatawan. Mikroplastik ditemukan dalam berbagai bentuk, seperti potongan kecil plastik, serat tekstil, dan butiran kecil yang berasal dari produk perawatan pribadi.
Selain itu, penelitian oleh Nurhidayah, et al. (2020) di wilayah pesisir Bali juga menunjukkan bahwa mikroplastik terakumulasi dalam sedimen laut dan air. Mereka menemukan bahwa sampel sedimen yang diambil dari beberapa lokasi pesisir Bali mengandung mikroplastik dalam jumlah yang signifikan, yang sebagian besar berasal dari sampah plastik yang dibuang ke laut. Penelitian ini mengindikasikan perlunya langkah-langkah pengelolaan sampah yang lebih baik untuk mengurangi jumlah mikroplastik di lingkungan laut Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh ECOTON (Environmental NGO) juga menyoroti tingginya kontaminasi mikroplastik di perairan Indonesia. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh ECOTON pada tahun 2021 di Sungai Citarum, Jawa Barat, menemukan bahwa mikroplastik tidak hanya terkumpul di laut, tetapi juga di sungai-sungai besar yang mengalir ke laut. Mikroplastik ditemukan dalam jumlah yang cukup besar dalam sedimen dan air, dengan sebagian besar berasal dari sampah plastik rumah tangga dan industri (ECOTON, 2021). Penelitian ini menyoroti pentingnya pengelolaan sampah yang lebih baik, terutama di kawasan aliran sungai yang mengalir ke laut, sebagai salah satu langkah kunci untuk mengurangi polusi mikroplastik.
Mikroplastik pada Jajanan di Bali, Solo, dan Gresik
Penelitian lebih lanjut mengenai mikroplastik di Indonesia juga melibatkan analisis cemaran mikroplastik pada jajanan yang dikonsumsi oleh masyarakat. Pada tahun 2021, PPLH Bali (Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Bali) melakukan penelitian mengenai cemaran mikroplastik pada jajanan yang dijual di pasar-pasar di Bali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir 80% sampel jajanan yang diuji terkontaminasi mikroplastik. Penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar cemaran berasal dari penggunaan plastik sebagai kemasan makanan, serta penggunaan alat-alat plastik diproses pembuatan jajanan tersebut. Mikroplastik ditemukan dalam sampel jajanan seperti kue tradisional dan makanan ringan yang dipasarkan secara luas di pasar-pasar lokal (PPLH Bali, 2021).
Yayasan Gita Pertiwi, yang juga terlibat dalam advokasi lingkungan, melakukan penelitian serupa di Solo dan Gresik. Mereka menemukan bahwa jajanan yang dijual di pasar-pasar tradisional di kedua kota tersebut mengandung mikroplastik dalam jumlah signifikan. Penelitian ini juga mencatat bahwa banyak pedagang yang masih menggunakan plastik sekali pakai untuk membungkus makanan, yang menyebabkan mikroplastik terlepas ke dalam makanan yang dijual kepada konsumen. Temuan ini memperlihatkan betapa besar dampak penggunaan plastik sekali pakai pada berbagai sektor, termasuk industri makanan dan jajanan (Yayasan Gita Pertiwi, 2021). Penelitian ini mendesak perlunya regulasi yang lebih ketat terkait penggunaan plastik, terutama dalam sektor makanan.
Solusi untuk Mengatasi Masalah Mikroplastik
Mengatasi masalah mikroplastik bukanlah tugas yang mudah, tetapi ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi dampaknya. Beberapa solusi yang bisa diterapkan adalah sebagai berikut.
- Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.Salah satu cara yang paling efektif untuk mengurangi mikroplastik adalah dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, seperti kantong plastik, sedotan plastik, atau kemasan makanan sekali pakai. Beralih ke alternatif yang lebih ramah lingkungan, seperti kantong kain, sedotan stainles, atau wadah berbahan dasar kaca dan logam, dapat mengurangi jumlah sampah plastik yang terbuang ke lingkungan (Jambeck et al., 2015).
- Mengubah kebiasaan konsumsi pakaian. Pakaian berbahan sintetis, seperti poliester dan akrilik, melepaskan serat mikroplastik saat dicuci. Penggunaan pakaian berbahan alami atau memilih pakaian dari bahan yang lebih ramah lingkungan dapat mengurangi jumlah mikroplastik yang masuk ke saluran air. Selain itu, penggunaan filter khusus saat mencuci pakaian juga bisa membantu menangkap mikroplastik yang lepas (Browne et al., 2011).
- Peningkatan pengelolaan sampah plastik.Memperbaiki sistem pengelolaan sampah dan memastikan plastik yang dibuang tidak mencemari lingkungan sangat penting. Kampanye daur ulang dan pendidikan tentang cara membuang sampah plastik dengan benar bisa membantu mengurangi jumlah plastik yang masuk ke alam.
- Inovasi dalam material kemasan. Penelitian mengenai material yang lebih ramah lingkungan dan biodegradable sangat penting untuk mengurangi ketergantungan pada plastik yang tidak terurai dengan mudah. Beberapa perusahaan dan ilmuwan sedang berusaha mengembangkan plastik yang dapat terurai lebih cepat atau plastik berbahan dasar alami yang lebih ramah lingkungan (Rochman et al., 2013).
- Pendidikan dan kesadaran masyarakat. Peningkatan kesadaran publik tentang bahaya mikroplastik dan cara-cara mengurangi jejak plastik dalam kehidupan sehari-hari sangat penting. Program-program pendidikan di sekolah-sekolah dan kampanye masyarakat dapat membantu menyebarkan informasi penting mengenai dampak mikroplastik dan pentingnya pengurangan konsumsi plastik.



